Selasa, 11 Januari 2011

Pentingnya Keseimbangan Antara IQ, EQ, dan SQ

Pentingnya Keseimbangan Antara IQ, EQ, dan SQ

1) Antara IQ dan EQ

Umumnya orang beranggapan hasil tes IQ berkaitan dengan kecerdasan. Anak ber-IQ 130 dianggap berkemampuan luar biasa dalam segala bidang. Jika anak jago olahraga namun ber-IQ taraf rata-rata, atau anak yang nilai matematikanya jeblok dan IQ-nya taraf rata-rata, maka dianggap anak bodoh. Pemahaman seperti itu tidak tepat, IQ hanya mengukur kemampuan linguistik (kebahasaan) dan logika matematika, sedangkan kecerdasan mengacu pada kemampuan problem solving (memecahkan masalah).

Seperti apa IQ tanpa EQ? Sebuah survei di AS pada 1918 mengenai IQ menemukan “paradoks” (sesuatu yang berlawanan) yang membahayakan: Betapa skor IQ anak-anak makin tinggi, namun kecerdasan emosional mereka justru turun !!!.

Dari data hasil survei pada 1970 dan 1980 terhadap orang tua dan para pendidik menunjukkan bahwa anak-anak generasi sekarang lebih sering mengalami persoalan emosional dibanding generasi terdahulu. Mereka tumbuh dalam kesepian dan depresi, gampang marah, sulit diatur, cenderung cemas dan agresif.

Perkelahian antar mahasiswa yang masih sering terjadi disamping peristiwa kekerasan-kekerasan dalam kehidupan remaja termasuk maraknya bullying (pemalakan/pemerasan di kalangan anak-anak) pada anak remaja bahkan terjadi pada tingkat SD menguatkan hasil survei tersebut. Survei tersebut berlanjut dengan penelitian terhadap ratusan ribu pekerja dari tingkat bawah hingga tingkat manajer puncak. Dari survei ini ditemukan suatu inti kemampuan pribadi dan sosial yang sama, yang terbukti menjadi kunci utama keberhasilan pekerjaan dan hidup yaitu perlunya kecerdasan emosional yang selalu harus meningkat.

Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh beberapa faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.

2) Bagaimana IQ dan EQ tanpa SQ?

Tentang IQ dan EQ sudah dipahami pengertiannya serta bagaimana keduanya apabila bekerja bersinergi. Namun apabila kedua kecerdasan tersebut tidak disinergikan dengan SQ maka bisa berakibat fatal. SQ sendiri bukanlah untuk menjadi “ahli pertapa”, duduk termenung dan diam menikmati indahnya spiritualitas.

Itulah gambaran orang yang memiliki IQ dan EQ tetapi tanpa memiliki SQ, mereka tidak menyadari meaning (makna) atau value (nilai) dalam dirinya serta tidak menyadari siapa dirinya dan untuk apa dirinya diciptakan.

Contoh lainnya adalah di Indonesia terdapat banyak orang pintar dan cakap, tetapi belum tentu baik akhlak dan moralnya. Hal ini tidak sesuai dengan kemampuannya sebagai makhluk yang diberi amanah.

Tentu saja untuk menjadi seorang penjahat juga harus memiliki IQ dan EQ yang tinggi. Dia harus cerdas dan harus jago berstrategi, untuk itu diperlukan IQ. Sementara untuk uji “timing” dalam pelaksanaan strategi, bernegosiasi, berkomunikasi, dan mampu merebut hati orang agar mau diajak berspekulasi dan berkompromi dengannya diperlukanlah EQ. Semangat juang tinggi? Tentu, mereka nampak selalu prima dan percaya diri. Sekali lagi, bagaimana akhlak dan moralnya? Itulah bentuk penampilan IQ dan EQ bila tidak memiliki SQ.

Bahkan menurut sebuah penelitian, kunci terbesar keberhasilan seseorang dalam EQ adalah yang dijiwai dengan SQ. Banyak seseorang yang di PHK dari pekerjaannya bukan karena mereka tidak pintar mengoperasikan sesuatu, bahkan bukan karena ketidakmampuannya berkomunikasi, tetapi karena tidak memiliki integritas seperti kejujuran dan tanggung jawab.

Gambar 1 : Segitiga : Think (fikir), Feel (rasa), Act (tindak)

Gambar 1: menunjukkan pola kerja antara IQ dan EQ, yang belum melibatkan SQ. SQ sangat diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, dalam arti SQ akan mengarahkan, apakah gabungan IQ dan EQ yang akan menghasilkan action plan (rencana tindak), telah menuju arah yang dibenarkan oleh nilai-nilai spiritual/agama atau yang justru dilarang? Oleh karena itu SQ adalah kecerdasan manusia yang paling tinggi. Ia adalah kecerdasan yang dapat membantu manusia “menyembuhkan” dan membangun diri manusia secara utuh. Harus diakui, bahwa seharusnya IQ, EQ dan SQ adalah perangkat yang bekerja dalam satu kesatuan sistem yang saling terkait (interconnected) di dalam diri kita, sehingga tak mungkin kita pisahkan fungsinya.

Untuk menjadi seorang pribadi yang sukses seseorang harus mampu menggabungkan dan mensinergikan IQ, EQ, dan SQ secara maksimal. IQ, EQ, dan SQ yang bersinergi secara maksimal akan menjadikan hidup lebih bermakna. Dalam praktek kehidupan sehari-hari, diperlukan suatu kesadaran terus menerus agar nilai-nilai agama selalu digunakan sebagai basis pertimbangan moral dalam melakukan suatu tindakan, yang sudah mendapat kalkulasi analitis dan mempertimbangkan akibat-akibat positif negatif, pada aspek material ataupun emosional.

Tidak ada komentar:

MUTIARA KATA

VSIcenter.com | Peluang Bisnis VSI | Veritra Sentosa Internasional | Veritra Pay | Habs Pro | Bisnis Ustadz Yusuf Mansur
VSIcenter.com | Peluang Bisnis VSI | Veritra Sentosa Internasional | Veritra Pay | Habs Pro | Bisnis Ustadz Yusuf Mansur