Sabtu, 19 Februari 2011
Kisah Juraij Antara Tuhan Dan Ibu
Jumat, 18 Februari 2011
Bursa Kerja : Jurus Maut Pas Wawancara Kerja

Jangan sampai pekerjaan impian kabur gitu aja karena nggak lolos tes wawancara. Nah, biar tambah percaya diri dan oke ketika wawancara kerja, simak 15 langkah mudah berikut ini.
1. Nama perusahaan besar sering mengundang keinginan untuk melamar. Tapi ingat, kalau posisi yang ditawarkan nggak cocok sama keahlian kamu, please deh jangan nekat ngelamar. Melamar posisi yang tepat dengan pengalaman dan keahlian yang mendukung pastinya menambah nilai plus buat si pelamar.
2. Kata-kata dress for success nggak sekedar kiasan lho! Berpakaian yang tepat sesuai dengan pekerjaan yang dilamar adalah hal yang wajib banget! Misalnya ingin melamar jadi sekretaris pastinya harus menggunakan pakaian yang rapih dan formal. Tapi ketika melamar pekerjaan yang banyak berkutat di lapangan, baju-baju yang lebih santai bisa jadi pilihan. Kalau bingung, tanya saja sama teman yang telah bekerja di posisi serupa.
3. Datang ke tempat wawancara paling tidak 15 menit sebelum jadwal. Kelebihan waktu ini akan memberi waktu untuk bersiap-siap. Misalnya, merapihkan make-up, pakaian, ke kamar kecil dan lain-lain. Selain itu datang tepat waktu juga memberi kesan yang baik.
4. Jabat tangan memberi kesan yang sangat penting. Jangan menjabat tangan setengah hati. Jabatlah dengan erat seperti ketika bertemu teman lama yang kamu tunggu-tunggu. Berikan kesan tegas namun bersahabat.
5. Ketika wawancara berlangsung, kumpulkan rasa percaya diri. Tatap mata si pewawancara dengan ramah. Menghindari tatapan mata atau melihat ke bawah mengesankan kurangnya percaya diri.
6. Biarkan CV bicara. CV adalah jendela pertama perkenalan calon pegawai dan perusahaan. Buatlah CV menggambarkan diri kita sebaik mungkin. Tulis juga hobi dan minat yang menggambarkan diri kita. Tapi harus jujur ya!
7. Nah, ketika si pewawancara sedang membaca CV kita, sebisa mungkin kita jangan berbicara. Mengajaknya berbicara akan membuat perhatiannya teralih dari CV kita yang oke.
8. Jangan terlihat resah atau duduk terlalu bersandar. Sikap duduk seperti itu akan membuat kita terlihat seperti orang gugup dan pemalas.
9. Pelajari latar belakang perusahaan yang dilamar. Dengan begitu kita akan terlihat tanggap dan berwawasan luas.
10. Bertanya bukanlah hal yang dilarang dalam wawancara. Pertanyaan juga akan menggambarkan diri kita. Jadi, hati-hati dalam bertanya. Menanyakan berapa lama jam makan siang, bisa mengesankan kita orang yang pemalas dan senang bermain.
11. Jika melamar di perusahaan yang membutuhkan ide-ide kreatif, jangan ragu untuk mengajukan sebuah usul atau saran. Tapi jangan terlalu mendetail. Jelaskan secara singkat dan menarik sehingga mereka akan melihat poin lebih pada kita.
12. Seperti kata band Seriues, 'pewawancara juga manusia'. Bicaralah dengan jujur dan terbuka. Jangan coba-coba berbohong atau menipu, kemungkinan mereka akan mengetahuinya.
13. Lagi-lagi jangan malu bertanya. Jika si pewawancara memberikan pertanyaan yang tidak kita mengerti, tanyakan maksudnya. Lebih baik kita menjadi orang pintar yang tak takut bertanya daripada orang 'sok tahu' yang merasa mengerti semua pertanyaan padahal jawabannya salah. Waduh!
14. Jika ditanya alasan keluar dari perusahaan sebelumnya, jangan berbicara panjang lebar tentang buruknya perusahaan tersebut (walaupun sebenarnya begitu). Katakan saja, di perusahaan tersebut bakat dan ide-ide kita yang cemerlang kurang bisa dimanfaatkan dan karena itulah kita melamar di perusahaan ini.
15. Dalam menjawab pertanyaan jangan ragu-ragu untuk berpromosi. Punya bakat dan kemampuan yang oke kok disembunyikan.Tunjukkan kalau kita adalah aset perusahaan yang berharga. Rugi banget kalau nggak direkrut!
Kamis, 17 Februari 2011
Impian dan Teladan Seorang Ayah
Rabu, 16 Februari 2011
Kisah Inspiratif : Jangan Pernah Berhenti / Putus Asa

Sejumlah sejarahwan yakin, bahwa pidato Winston Churchill yang paling berpengaruh adalah ketika beliau berpidato di wisuda Universitas Oxford. Churchill mempersiapkan pidato ini selama berjam-jam. Dan ketika saat pidatonya tiba, Churchill hanya mengucapkan tiga kata : 'never give up' (jangan pernah berhenti).
Sejenak saya merasa ini biasa-biasa saja. Tetapi ketika ada orang yang bertanya ke saya, bagaimana saya bisa berpresentasi di depan publik dengan cara yang demikian menguasai, saya teringat lagi pidato Churchill ini.
Banyak orang berfikir kalau saya bisa berbicara di depan publik seperti sekarang sudah sejak awal. Tentu saja semua itu tidak benar. Awalnya, saya adalah seorang pemalu, mudah tersinggung, takut bergaul dan minder. Dan ketika memulai profesi pembicara publik, sering sekali saya dihina, dilecehkan dan direndahkan orang. Dari lafal 'T' yang tidak pernah lempeng, kaki seperti cacing kepanasan, tidak bisa membuat orang tertawa, pembicaraan yang terlalu teoritis, istilah-istilah canggih yang tidak perlu, serta segudang kelemahan lainnya.
Tidak bisa tidur beberapa minggu, stres atau jatuh sakit, itu sudah biasa. Pernah bahkan oleh murid dianjurkan agar saya dipecat saja menjadi dosen di tempat saya mengajar.
Pengalaman serupa juga pernah dialami oleh banyak agen asuransi jempolan. Ditolak, dibanting pintu, dihina, dicurigai orang, sampai dengan dilecehkan mungkin sudah kebal. Pejuang kemanusiaan seperti Nelson Mandela dan Kim Dae Jung juga demikian. Tabungan kesulitan yang mereka miliki demikian menggunung. Dari dipenjara, hampir dibunuh, disiksa, dikencingin, tetapi toh tidak berhenti berjuang.
Apa yang ada di balik semua pengalaman ini, rupanya di balik sikap ulet untuk tidak pernah berhenti ini, sering bersembunyi banyak kesempurnaan hidup. Mirip dengan air yang menetesi batu yang sama berulang-ulang, hanya karena sikap tidak pernah berhentilah yang membuat batu berlobang. Besi hanya menjadi pisau setelah ditempa palu besar berulang-ulang, dan dibakar api panas ratusan derajat celsius. Pohon beringin besar yang berumur ratusan tahun, berhasil melewati ribuan angin ribut, jutaan hujan, dan berbagai godaan yang meruntuhkan.
Di satu kesempatan di awal Juni 1999, sambil menemani istri dan anak-anak, saya sempat makan malam di salah satu restoran di depan hotel Hyatt Sanur Bali. Yang membuat kejadian ini demikian terkenang, karena di restoran ini
saya dan istri bertemu dengan seorang penyanyi penghibur yang demikian menghibur.
Pria dengan wajah biasa-biasa ini, hanya memainkan musik dan bernyanyi seorang diri. Modalnya, hanya sebuah gitar dan sebuah organ. Akan tetapi, ramuan musik yang dihasilkan demikian mengagumkan. Saya dan istri telah masuk banyak restoran dan kafe. Namun, ramuan musik yang dihadirkan penyanyi dan pemusik solo ini demikian menyentuh. Hampir setiap lagu yang ia nyanyikan mengundang kagum saya, istri dan banyak turis lainnya. Rasanya susah sekali melupakan kenangan manis bersama penyanyi ini. Sejumlah uang tip serta ucapan terimakasih saya yang dalam, tampaknya belum cukup untuk membayar keterhiburan saya dan istri.
Di satu kesempatan menginap di salah satu guest house Caltex Pacific Indonesia di Pekan Baru, sekali lagi saya bertemu seorang manusia mengagumkan. House boy (baca : pembantu) yang bertanggungjawab terhadap guest house yang saya tempati demikian menyentuh hati saya. Setiap gerakan kerjanya dilakukan sambil bersiul. Atau setidaknya sambil bergembira dan tersenyum kecil. Hampir semua hal yang ada di kepala, tanpa perlu diterjemahkan ke dalam perintah, ia laksanakan dengan sempurna. Purwanto, demikian nama pegawai kecil ini, melakoni profesinya dengan tanpa keluhan.
Bedanya penyanyi Sanur di atas serta Purwanto dengan manusia kebanyakan, semakin lama dan semakin rutinnya pekerjaan dilakukan, ia tidak diikuti oleh kebosanan yang kemudian disertai oleh keinginan untuk berhenti.
Ketika timbul rasa bosan dalam mengajar, ada godaan politicking kotor di kantor yang diikuti keinginan ego untuk berhenti, atau jenuh menulis, saya malu dengan penyanyi Sanur dan house boy di atas. Di tengah demikian menyesakkannya rutinitas, demikian monotonnya kehidupan, kedua orang di atas, seakan-akan faham betul dengan pidato Winston Churchill : never give up.
Anda boleh mengagumi tulisan ini, atau juga mengagumi saya, tetapi Anda sebenarnya lebih layak kagum pada penyanyi Sanur dan house boy di atas. Tanpa banyak teori, tanpa perlu menulis, tanpa perlu menggurui, mereka sedang melaksanakan profesinya dengan prinsip sederhana : jangan pernah berhenti.
Saya kerap merasa rendah dan hina di depan manusia seperti penyanyi dan pembantu di atas. Bayangkan, sebagai onsultan, pembicara publik dan direktur sebuah perusahaan swasta, tentu saja saya berada pada status sosial yang lebih tinggi dan berpenghasilan lebih besar dibandingkan mereka. Akan
tetapi, mereka memiliki mental never give up yang lebih mengagumkan.
Kadang saya sempat berfikir, jangan-jangan tingkatan sosial dan penghasilan yang lebih tinggi, tidak membuat mental never give up semakin kuat. Kalau ini benar, orang-orang bawah seperti pembantu, pedagang bakso, satpam, supir, penyanyi rendahan, dan tukang kebunlah guru-guru sejati kita.
Jangan-jangan pidato inspiratif Winston Churchill - sebagaimana dikutip di awal - justru diperoleh dari guru-guru terakhir.
sumber : dyanamicsconsulting.com
Kunci Sukses : Kesyukuran dan Keikhlasan
Perasaan itu mengalir dalam sikap dan tercermin dalam perilaku kita terhadap orang lain. Rasa terima kasih mengajarkan kepada kita seni bekerja sama dan saling memahami. Ucapan terima kasih yang sederhana dan tulus dapat menjadi sangat bermakna. Sikap yang penuh syukur dan terima kasih akan mengubah pandangan kita dalam kehidupan ini.
Bersyukur memerlukan sikap atau pandangan yang positif terhadap kehidupan ini. Berani memilih hal yang baik, berani memilih keindahannya, berani melihat kesempatannya, memerlukan sikap mental yang positif. Jika kita selalu bersyukur, kita dapat menikmati kehidupan ini. Sebaliknya, orang yang tidak pernah bersyukur biasanya merupakan orang yang selalu mengeluh, selalu melihat sisi-sisi gelap, dan akan lebih mudah stress dalam kehidupan. Pada saat orang lain menikmati keindahan sebuah lagu yang dinyanyianya.
Ketika hari panas, ia akan mengeluh, mengapa hari begitu panas,. Ketika hari hujan, ia pun akan mengeluh, mengapa hujan. Konon, ada seorang raja yang sedang mengeluh kepada patihnya, mengapa sudah lama negerinya tidak mendapatkan hujan, sehingga mulai kekeringan. Jawab sang patih, “Hal ini baik untuk Baginda, juga untuk hamba.” Maka sang raja menerima saja tanggapan sang patih.
Sewaktu hujan mulai turun, ternyata hujan itu berlangsung hampir setiap hari, hingga akhirnya beberapa wilayah negeri mengalami kebanjiran. Sang baginda pun kembali mengeluh kepada patih, mengapa keadaannya menjadi begini. Maka patih pun kembali menjawab, “Hal ini baik untuk Baginda, juga untuk hamba.”
Saat sang raja berlatih pedang, tanpa sengaja lengannya tergores cukup dalam hingga lukanya mengeluarkan darah cukup banyak. Pada saat itu pula sang raja mengeluh kepada patihnya. Kembali sang patih menjawab, “Hal ini baik untuk Baginda, juga untuk hamba.”
Maka murkalah sang raja saat mendengar jawaban yang sama, karena peristiwa ini bukan menimpa negerinya tetapi menimpa dirinya sendiri. Akhirnya sang patih dimasukkan ke dalam penjara. Namun kembali sang patih berkata, “Hal ini baik untuk Baginda, juga untuk hamba.”
Keesokan harinya, baginda raja pergi berburu ke hutan seorang diri, karena sang patih yang biasa menemaninya ada di dalam penjara. Tiba-tiba datanglah sekelompok suku kanibal dan menangkap baginda raja. Pada saat baginda raja akan dipersembahkan sebagai makanan bagi pemimpinnya, mereka membatalkannya, karena ternyata mangsa mereka (sang raja) tidak dalam kondisi layak dimakan, oleh karena terdapat cacat, yaitu luka di lengannya.
Seperti diketahui, suku kanibal tidak akan memakan mangsangnya apabila keadaan mangsanya tidak sempurna. Dilepaskanlah sang raja dan ia pun kembali ke istana. Pada saat itu lah baginda raja menyadari maksud dari apa yang selalu dikatakan oleh sang patih.
Setelah melepaskan sang patih, raja bertanya kepada sang patih, “Kalau bagi saya luka di lengan mungkin baik adanya, sehingga saya tidak menjadi mangsa suku kanibal, tetapi bagi engkau apa baiknya dimasukkan ke dalam penjara?” sang patih menjawab, “Jika hamba tidak dimasukkan ke dalam penjara, pastilah hamba ikut bersama baginda, dan jika kita ditangkap oleh suku kanibal, hambalah yang akan menjadi santapan mereka. Oleh karena itu, jika hamba dipenjara, itu baik untuk hamba.” Apa pun yang terjadi, bersyukurlah!
“You can get everything in life you want if you will just help enough other people get what they want.” (Zig Ziglar)
Author : Happy S Tjandra
Managing Director PT. Health Wealth International